Second Chance

Second Chance

Menurut beberapa teman saya, saya itu orang yang naif. Karena saya percaya yang namanya Second Chance, memang tidak semua orang bisa melakukannya tapi bukan berarti hal itu tidak mungkin. Meskipun memang harus saya akui hal itu adalah hal yang kalau bisa di sebutkan dalam persen, mungkin hanya 10% atau mungkin kurang dari 10%. Karena jika mengingat bagaimana banyaknya orang yang terlihat memerlukan pertolongan (atau dalam bahasa kerennya Someone who looks need help ) dan kita tidak bisa menghindari kenyataan itu, kadang kita juga pernah atau masih di dalam situasi itu.

Saya sendiri pernah di dalam situ dalam waktu yang sangat lama dan sampai sekarang pun saya masih belajar untuk keluar dari dalam jurang yang itu. 

Pernah sekali teman saya bercerita tentang seseorang, sebut saja namanya A. Kebetulan waktu itu teman saya lagi bercerita tentang kejelekan si A yang sudah bukan rahasia umum. Tapi di saat teman saya dengan emosi nya lagi bercerita tentang si A ( mungkin dia tidak suka dengan si A jadi harap maklum hahaha) ada teman saya yang lain memotong pembicaraan dia (sebut saja dia budi).

Budi : Bro, udah lah.. Kamu jangan ngomongkan hal yang udah berlalu terus, mungkin saja dia sudah berubah.

Teman saya yang emosi : Tidak mungkin dia berubah. Saya tidak percaya itu.

Saya : Benar kata budi bro, siapa yang tau si A udah berubah. Kita aja bisa berubah, jadi mungkin aja dia juga berubah. Kamu jangan karena dendam jadi mikir yang jelek dulu.

Setiap orang bisa saja berubah, jadi berilah mereka kesempatan untuk menunjukkan siapa mereka sebenarnya.

Tapi apa pun hasilnya.

Belajarlah untuk tegas dalam mengambil sebuah keputusan.

Baik itu hasil yang positif.

Maupun negatif.

Percayalah selalu ada pembelajaran dalam setiap keputusan yang kita ambil.

Jadi jangan takut atau pun resah.