Jalan Hidupku
Chapter 1
Kita Semua Adalah Satu Keluarga
Berhentilah saling menyakiti, mulailah saling menyayangi
Nama saya Tommy, saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Kami tinggal di kota X, kota yang masih tergolong asri karena masih bisa dibilang lumayan pedalaman.
Ayah saya berasal dari keluarga berada sedangkan ibu saya dari keluarga tidak mampu.
Setelah menikah dengan ibu saya, ayah saya mencoba berdagang apa pun. Dari jual gas, jual tiket kapal, buka jasa wartel. Tapi tidak semuanya berjalan mulus seperti yang diharapkan. Sekarang semua usaha tersebut sudah tutup alias bangkrut.
Meskipun ayah saya berasal dari keluarga yang berada itu bukan sebuah jaminan kalau dia bisa berdagang. Ibu saya pernah bercerita dulu usaha ayah saya lancar tapi semenjak kakek saya meninggal, semuanya menjadi merosot.
Saya sedikit binggung mengapa bisa seperti itu dan saya bertanya kepada ibu saya.
Ibu saya berkata bahwa ayah saya selalu dimanjakan kakek saya karena dia anak pertama dalam keluarga dan selalu disayang. Semenjak kakek saya meninggal, semua menjadi berubah. Dulu waktu kakek saya masih ada semua anak-anaknya akur, semenjak kakek saya meninggal semua mulai bentrok. Mulai terjadi perselisahan, perebutan dan saling tusuk.
Ayah saya berasal dari keluarga berada sedangkan ibu saya dari keluarga tidak mampu.
Setelah menikah dengan ibu saya, ayah saya mencoba berdagang apa pun. Dari jual gas, jual tiket kapal, buka jasa wartel. Tapi tidak semuanya berjalan mulus seperti yang diharapkan. Sekarang semua usaha tersebut sudah tutup alias bangkrut.
Meskipun ayah saya berasal dari keluarga yang berada itu bukan sebuah jaminan kalau dia bisa berdagang. Ibu saya pernah bercerita dulu usaha ayah saya lancar tapi semenjak kakek saya meninggal, semuanya menjadi merosot.
Saya sedikit binggung mengapa bisa seperti itu dan saya bertanya kepada ibu saya.
Ibu saya berkata bahwa ayah saya selalu dimanjakan kakek saya karena dia anak pertama dalam keluarga dan selalu disayang. Semenjak kakek saya meninggal, semua menjadi berubah. Dulu waktu kakek saya masih ada semua anak-anaknya akur, semenjak kakek saya meninggal semua mulai bentrok. Mulai terjadi perselisahan, perebutan dan saling tusuk.
Kakek saya selalu digambarkan ibu saya sebagai orang yang bijak, tegas dan sangat menyayangi anak-anak dan cucu-cucunya. Cuma karena anak kakekku yang sangat banyak (10 anaknya) membuat dia tidak sadar timbulnya rasa iri dengki di dalam diri anak-anaknya. Ketika kakek saya meninggal semua sifat asli anak-anaknya mulai terlihat.
Dan terjadilah pembullyan oleh keluarga sendiri.
Dan terjadilah pembullyan oleh keluarga sendiri.
Karena saya anak pertama ayah saya, banyak yang merasa saya menjadi cucu kesayangan kakek saya. Saya adalah cucu laki-laki dari anak pertama laki-laki.
Kadang saya tidak tau itu hokky atau kesialan buat saya.
Kadang saya merasa beruntung karena lebih cepat mengerti betapa mengerikannya seseorang.
Tapi kadang saya juga merasa kurang beruntung karena dari kecil sudah merasakan siksa batin.
Kadang ketika terjadi pertengkaran antara sesama keluarga ayah saya, bikin saya sedih dan takut.
Saya sedih karena bagaimana bisa kakak dan adik kandung bertengkar hebat sampai tidak bertegur, semuanya mengikuti emosi dan gengsi. Masing-masing karena merasa mereka punya uang banyak tidak ada yang mau ngalah. Saya juga takut nanti saya dan adek-adek saya akan menjadi seperti mereka, penuh dengan ego, setiap kumpul keluarga selalu bertengkar. Saya selalu menasihati adik-adik saya agar nanti kami tidak menjadi seperti mereka
Kadang saya tidak tau itu hokky atau kesialan buat saya.
Kadang saya merasa beruntung karena lebih cepat mengerti betapa mengerikannya seseorang.
Tapi kadang saya juga merasa kurang beruntung karena dari kecil sudah merasakan siksa batin.
Kadang ketika terjadi pertengkaran antara sesama keluarga ayah saya, bikin saya sedih dan takut.
Saya sedih karena bagaimana bisa kakak dan adik kandung bertengkar hebat sampai tidak bertegur, semuanya mengikuti emosi dan gengsi. Masing-masing karena merasa mereka punya uang banyak tidak ada yang mau ngalah. Saya juga takut nanti saya dan adek-adek saya akan menjadi seperti mereka, penuh dengan ego, setiap kumpul keluarga selalu bertengkar. Saya selalu menasihati adik-adik saya agar nanti kami tidak menjadi seperti mereka
Sebenarnya ayah saya sering mencoba untuk melerai mereka atau menjadi penengah tapi tidak berhasil. Mereka tidak begitu menghargai ayah saya karena diantara mereka semua, ayah saya yang paling susah. Kadang saya sedih melihat itu semua, ketika seberapa besar uang tabungan mu di bank, seberapa besar investasi mu, seberapa besar usaha mu dan seberapa besar kekayaan mu menjadi tolak ukur semuanya.
Bukan lagi tentang siapa paling besar.
Bukan lagi soal tata krama.
Bukan lagi tentang sopan santun.
Semua itu telah lama hilang.
Makanya anda semua jangan heran kalau sekarang banyak terjadi bully seperti Audrey.
Karena sudah mulai banyak orang tua yang lupa mengajarkan prinsip-prinsip dasar jadi manusia.
Semuanya diajarkan asal kamu punya uang, asal kamu punya kekuasaan, kamu bisa berbuat semaunya.
Banyak orang yang lupa bahwa kita semua adalah satu keluarga.
Hargailah.
Hormatilah.
0 komentar:
Posting Komentar